Salah satu upaya menaikkan strata kehidupan adalah dengan pendidikan.
Melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, bagi seorang anak yang
dilahirkan dari keluarga sangat sederhana bahkan kategori tidak mampu,
terkadang menjadi sekedar impian. Tetapi ditengah kehidupan yang serba
prihatin, mereka bekerja keras dan belajar tekun untuk meraih cita-cita.
Demikianlah kisah para narasumber Kick Andy kali ini. Imam Murti
Wahyudi, salah satu pelajar SMKN 2 Cilacap ini telah meraih prestasi
luar biasa pada Ujian Nasional yang diselenggarakan tahun ini. Anak
ke-dua dari tiga bersaudara ini menjadi salah satu siswa peraih nilai UN
tertinggi tingkat SMK seJawa Tengah & DIY, dengan nilai 38,90.
Selama ini prestasinya disekolah memang sangat menonjol. Imam dibesarkan
dari keluarga yang sangat sederhana. Bapaknya berprofesi sebagai buruh
serabutan dan ibunya membantu nafkah keluarga dengan menjual kopi
tumbuk. Keterbatasan ekonomi inilah yang membuatnya terpacu untuk
merubah nasib keluarga menjadi lebih baik, lewat semangatnya giat
belajar. Melanjutkan ke perguruan tinggi membutuhkan dana yang tak
sedikit. Meski mimpinya untuk dapat melanjutkan kuliah sangat melekat
besar dalam dirinya, namun nasib berkata lain. Hal itulah yang membuat
kini Imam hanya bisa berdoa dan bertawakal agar kelak mimpi-mimpinya
bisa terwujud.
Kemiskinan memang tidak identik dengan kebodohan. Meski datang dari
keluarga sangat sederhana, Metta Andriani dikenal sebagai siswi yang
pandai dan tekun. Tak kalah dengan mereka yang dibekali fasilitas
berlebih. Lulus Ujian Nasional dengan nilai 56,45 - membuatnya menjadi
peraih nilai UN tertinggi se-Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Tinggal
di Dusun Trimulyo, Ngujang Tulungagung, sehari-hari Metta membantu sang
ibu, Emi Supangatin, yang bekerja sebagai penjahit perusahaan konveksi.
Untuk satu celana yang berhasil dijahitnya, sang ibu mendapatkan upah
sebesar seribu rupiah. Sementara ayah Metta, sehari-hari bekerja sebagai
buruh bangunan dengan penghasilan tidak tetap. Meski dibekali
kemampuan yang unggul di bidang akademis, tetapi Metta pasrah jika suatu
waktu ia tidak mampu melanjutkan kuliah karena terbentur biaya. Sambil
menunggu penerimaan mahasiswa baru, kini Metta bekerja sebagai penjaga
toko pakan burung yang tak jauh dari rumahnya. Ia mulai bekerja dari
tengah hari hingga larut malam. Keinginan Metta saat ini, ia ingin dapat
segera kuliah sesuai minatnya di bidang matematika.
Meraih cita-cita setinggi langit. Itulah harapan yang senantiasa
diimpikan oleh seorang pelajar asal Jombang, Jawa Timur ini, Alvinura
Fajrin. Mei lalu, ia akhirnya meraih nilai UN tertinggi se- Jawa Timur.
Pelajar cerdas nan tekun ini, berhasil lulus SMA dengan nilai memuaskan
58,15. Baginya UN bukanlah momok yang perlu ditakuti, tapi dihadapi
dengan persiapan yang matang. Demi meraih prestasi di sekolah, alvinura
banyak menggunakan waktunya untuk belajar. Bahkan sejak kecil, meraih
ranking di kelas adalah langganan baginya. Berbekal doa dan usaha yang
tekun, Alvinura pantang menyerah meraih cita-citanya. Sehari-hari,
Alvinura pun rajin beribadah dan berpuasa. Bahkan ia kerap bertukar
pikiran dan membagi ilmunya dengan teman-temannya. Alvinura pun bertekad
melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Saat ini,
sambil menunggu masuk kuliah, alvinura mengikuti pendidikan guru
pengajar Al qur'an.
Semangat pantang menyerah juga kuatnya keinginan untuk mengenal abjad
di sekolah formal, membawa Besudut nekat keluar dari aturan kelompoknya.
Untuk itu ia harus meninggalkan komunitasnya, karena yang dia lakukan
itu dianggap telah melanggar adat. Setelah mengikuti pendidikan
alterntif bersama KKI Warung Informasi (WARSI), Besudut sempat keluar
rimba dan hidup bersama masyarakat. Bergaul dengan masyarakat desa di
dalam sekolah merupakan hal yang baru bagi Besudut. Tahun 2003, setelah
mengikuti pendidikan alternatif, Besudut mampu lulus ujian Paket A atau
ujian setara tingkat Sekolah Dasar. Tak mau berhenti begitu saja, ia
pun melanjutkan ke SMP Terbuka. Besudut atau Irman Jalil adalah Orang
Rimba pertama yang menempuh pendidikan formal. Tak hanya tingkat SD dan
SMP, ia juga sudah merasakan pendidikan di tingkat SMA. Untuk pergi ke
sekolah, ia harus menempuh perjalanan 15 km dengan berjalan kaki dari
tempatnya bermukim. Bahkan, ia pun dinyatakan lulus Ujian Nasional
dengan nilai UN 32,2 dengan nilai tertinggi mata pelajaran Matematika
6,25. Cita-citanya sungguh mulia. Besudut ingin menjadi seorang pengajar
yang berasal bagi kelompoknya sendiri dan mengajar kaumnya, hingga kini
terus ia perjuangkan.
sumber : http://kickandy.com/theshow/1/1/2512/read/-anak-indonesia-teruslah-berprestasi